Histori Masjid dan Gereja Berhadapan di Jepara, Ternyata yang Mengurus Kakak Beradik

Jepara Sebuah mosque dan gereja saling berhadapan di Jepara, Jawa Tengah. Keduanya pun menjadi saksi bisu keharmonisan umat muslim dan kristiani di Jepara.

Mosque dan gereja tersebut berada di Desa Tempur Kecamatan Keling. Mosque itu bernama Nurul Hikmah dan Gereja Injili Tanah Jawa.

Untuk sampai di lokasi cukup jauh dari pusat kota Jepara. Jaraknya sekitar 50 kilometer atau sekitar 1 jam 32 menit. Belum lagi lokasi dari Kecamatan Keling menuju Desa Tempur cukup ekstrem dan menikung. Sebab letak Desa Tempur berada di lereng Gunung Muria.

Meski cukup ekstrim namun keindahan alam masih alami. Ditambah suasana pedesaan, menjadi daya tarik sendiri untuk datang ke Desa Tempur. Masjid dan gereja tersebut berada di Dukuh Pekoso Desa Tempur.

Pendeta gereja Injili Tanah Jawa Desa Tempur, Suwadi mengatakan kedua tempat ibadah tersebut dibangun terlebih dahulu gereja daripada bangunan mosque. Bangunan gereja didirikan sejak tahun 1988.

Suwadi mengatakan dulu sebelum ada gereja masyarakat kristiani menjalankan ibadah di rumah. Hingga akhir warga bergotong-royong mendirikan gereja di Desa Tempur. "Terus lama-lama ada renovasi gereja sampai sekarang itu. Dulunya di rumah tahun 1986," ungkapnya.

Sedangkan pembangunan mosque baru tahun 2003. Pengurus mosque tersebut adalah kakak kandung Suwadi bernama, Giran Hadi Sunaryo.

"Lokasi memang gereja dan mosque, yang masjid itu kan kakak saya. Masjid kakak saya, gereja adik, saya sendiri. Saudara kandung. Gereja yang dulu, tahun 2003 mosque nyusul," ungkap Suwadi.

Suwadi mengatakan selama ini meski lokasi bersebelahan justru rasa toleransi masyarakat cukup tinggi. Kedua umat islam dan kristiani bahkan saling bantu membantu.

"Masalah toleransi orang sini sangat bagus sampai sekarang. Andai kata gereja ada renovasi, umat muslim ya ikut bergotong-royong, ya tenaga ya nyumbang sperm. Ya nanti kalau mosque bangun begitu juga, umat kristiani ya ikut andil masalah pembangunan juga," kata Suwadi.

Tidak hanya itu, saat perayaan hari besar pun kedua umat tersebut saling menghormati. Suwadi mencontohkan saat perayaan hari raya idul fitri, serambi masjid penuh sehingga pihak gereja menyediakan tempat.

"Kalau ada hari besar, misalnya saat Natal, gereja tidak muat, ya di serambi mosque. Kalau masjid ada lebaran, bisa di gereja," ucapnya.

Pengurus Masjid Nurul Hikmah, Abu Abdillah mengatakan kedua umat muslim dan kristiani di Desa Tempur saling bertoleransi. Menurutnya tidak pernah ada konflik meski lokasi mosque dan gereja bersebelahan.

"Ya di antaranya dua tempat ibadah ini ya saling toleransi, saling tolong menolong. Bantu membantu. Ya rukun-rukun saja, tidak saling berpendapat lain, kalau ada kerja bakti. Misalkan masjid membangun, dari orang kristiani membantu tenaga, tapi sebaliknya kalau gereja membangun, dari umat islam juga saling membantu. Saling kerja samalah," kata Abu.

Abu menceritakan pernah suatu ketika perayaan besar umat islam dan kristiani bersamaan. Keduanya pun saling menghormati saat perayaan hari besar.

"Pernah hari raya dan Natal hampir sama. Itu di antara orang Islam bisa menjaga diri jangan sampai menganggu, kristiani juga jangan menganggu agama lain. Saling menghormati," ucapnya.

Kades Tempur, Mariyono menuturkan Desa Tempur termasuk desa yang memiliki rasa toleransi tinggi. Di desa tersebut mayoritas beragama Islam. Meskipun perbedaan keyakinan namun bisa hidup secara berdampingan.

"Tempur termasuk desa toleransi sangat tinggi, karena di wilayah presentasi 98 persen adalah Islam. Dan sisanya Kristen," terang dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KIsah Akhir Hayat Dari Soeroso Yang Gugur Oleh Bidikan Penembak Belanda

Mengenal Sejarah Suku Banjar, Suku Terbesar di Kalimantan Selatan

Mengetahui Sejarah Dan Arti Sandi Morse Pramuka