Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Mengenal Sejarah Suku Banjar, Suku Terbesar di Kalimantan Selatan

Jakarta - Suku Banjar adalah suku bangsa yang berasal dari Kalimantan Selatan. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah tersebut. Dilansir dari Kearifan Religi Masyarakat Banjar Pahuluan karya Alfisyah dan kawan-kawan (dkk), Suku Banjar pada awalnya mendiami wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai pedagang. Akan tetapi, suku Banjar mulai menempati wilayah-wilayah pedalaman di sekitar Pegunungan Meratus dan beralih menjadi petani karet atau berladang. "Salah satu wilayah pedalaman yang menjadi pilihan masayarakat Banjar untuk menjalani kehidupan adalah daerah hulu sungan atau disebut pahuluan," jelas Alfisyah dkk. Melansir Perhiasan Tradisional Indonesia karya Husni dan Siregar, Suku Banjar merupakan penduduk mayoritas di Provinsi Kalimantan Selatan. "Kerajaan Banjar merupakan akhhir dari kejayaan Sanga-sangan yang menjadi cikal bakal kerajaan asli provinsi Kalimantan Selatan,"tulis Husni dan Siregar.   Hubungan orang Banjar dengan orang J

Mengenal Kehidupan Dan Sejarah Suku Gayo, Suku Terbesar Kedua di Aceh

Jakarta - Dataran Tinggi Gayo merupakan daerah di sekitar Danau Laut Tawar, Provinsi Aceh. Dataran tinggi itu berada di ketinggian 600 sampai 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dikutip dari Suku-suku Bangsa di Sumatera Karya Giyanto, Dataran Tinggi Gayo menjadi permukiman dari Suku Gayo Suku ini merupakan suku asli yang mendiami Provinsi Aceh. Suku Gayo merupakan suku terbesar kedua yang ada di Aceh setelah Suku Aceh yang mendiami wilayah pesisir. Sejarah Suku Gayo Menurut masyarakat setempat, nama Gayo berasal dari kata pegayon yang berarti sumber air jernih tempat ikan suci dan kepiting. "Sampai saat ini, sejarah suku bangsa Gayo belum terungkap secara pasti. Belum ditemukan sumber sejarah yang bisa menjadi rujukan asal mula suku bangsa Gayo," tulis Giyanto dalam bukunya. Akan tetapi, keberadaan suku ini kerap kali dihubungkan dengan Kerajaan Linge. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 416 Hijriyah (H) atau 1025 Masehi (M). Dilansir dari Resam Perka

Sejarah Letusan Tambora, Yang Memuntahkan Lahar Dan Mengubur 3 Kerajaan

Dompu - Tahun 1815 menjadi tahun penentu bagi sejarah kehidupan di Pulau Sumbawa. Sebab, pada bulan April, Gunung Tambora yang terletak di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), meletus dahsyat. Tambora yang diperkirakan memiliki ketinggian sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu telah memuntahkan laharnya hingga meluluhlantakkan segala hal yang ada di sekitarnya. Kini ketinggian Gunung Tambora hanya tersisa sepertiganya, sekitar 2.851 mdpl dengan kawah berdiameter sekitar 7 kilometer. Lebih dari 200 tahun telah berlalu, masyarakat Dompu terus mengulas kisah meletusnya Tambora dalam bentuk dongeng yang disebut sebagai mpama. Melalui mpama beragam informasi disampaikan oleh orang tua ke anak cucu mereka. Disebutkan dalam salah satu mpama tentang masyarakat yang mengalami penyakit kulit mengenaskan akibat dari letusan Tambora. Sekian generasi Dompu menerima beragam mpama yang disampaikan para leluhur tentang letusan tersebut, dengan pertimbangan boleh