Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Mengenal Tari Jaipong, Tarian Yang Sudah Dikenal Sampai Mancanegara

Jakarta - Tarian Jaipong adalah salah satu tari tradisional yang cukup populer, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tari ini umumnya ditampilkan untuk promosi kebudayaan-kebudayaan di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Unsur-unsur Tari Jaipong mencakup gerakan, pakaian, dan musik yang mengiringinya. Tari Jaipong berasal dari Bandung, Jawa Barat. Tarian ini berisi perpaduan antara gerakan-gerakan tari ronggeng, gerakan ketuk tilu dan beberapa gerakan pencak yang diminati oleh masyarakat pada masa itu. Tari Jaipong juga disebut sebagai tari pergaulan karena dapat menjadi ajang pertemanan bagi pemuda pemudi Jawa Barat. Seni tari ini mempunyai keunikan dari segi pakaian, gerakan, dan musiknya. Gerakan Seni Tari Jaipong Unsur-unsur tari Jaipong salah satunya adalah gerakan yang ditampilkan pada saat pementasan. Jenis-jenis gerakan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Bukaan Bukaan adalah bagian pembukaan pada tarian ini. Para penari akan berjalan dengan memutar sembari m

Mengetahui Air Terjun Candi Jolotundo, Konon Airnya Bisa Bikin Awet Muda

Jakarta - Tiga jeriken berkapasitas 10 liter air milik Suheri sudah penuh terisi. Merasa kurang, dia turun ke tempat pedagang di pintu masuk dan membeli 2 jeriken lagi dengan kapasitas yang sama. "Mumpung lagi di sini, sekalian saja. Mumpung ada waktu ke sini,"kata warga Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur akhir pekan lalu. Sore itu, Suheri bersama kakaknya mengunjungi pemandian atau petirtaan Jolotundo Situs candi pemandian bersejarah yang sumber airnya dipercaya keramat dan memiliki khasiat. Sebanyak 5 jerigen air yang diambil Suheri untuk mengobati sepupunya yang sedang sakit menahun. "Yang mengobati minta kakinya direndam air Jolotundo . Sebagian lagi diminum. Jadi saya siapkan,"ujarnya. Suheri sendiri tidak terlalu sering pergi ke pemandian Jolotundo. Dia tidak tahu persis mengapa air sumber dari pemandian Jolotundo dianggap begitu keramat. Kepercayaan tentang khasiat air Jolotundo didapatnya dari informasi masyaraka

Mengenal Tari Indang, Sebuah Kesenian Dari Pariaman Yang dulu Digunakan Ulama Untuk Berdakwah

Jakarta - Tari Indang adalah kesenian tradisional yang berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Sebagaimana tari tradisional dari daerah lain, Tari Indang juga memiliki ciri khas, mulai dari gerakan, musik pengiring, hingga busananya. Dilansir dari Kesenian Indang : Kontinuitas dan Perubahan karya Nurmalena, kesenian indang merupakan ragam kesenian khas milik masyarakat pantai atau pesisir Sumatera Barat. Menurut Pian tukang dikie di daerah Sintuak Toboh Gadang, munculnya kesenian Indang bersamaan denan pengembangan agama Isam di Minangkabau, khususnya di Pariaman,"tulis Nurmalena.  Tari Indang menjadi kesenian tradisional yang masih bisa dijumpai dengan mudah hingga kini. Kesenian ini menjadi hiburan dalam beragam acara di Sumatera Barat.   Sejarah tari Indang Mengutip buku Musik Tradisional Mingkabau karya Ediwar (dkk), kesenian Indang adalah salah satu kesenian yang bernafaskan Islam di Sumatera Barat. "Kehadirannya merupakan realisasi dari sistem pendidikan tr

Mengetahui Amanah Lurah Desa Ngaliyan, Sebuah Tradisi Unik "Ngemut Banyu"

Jakarta - Menggunakan baju lurik dengan blangkon yang tersemat di kepalanya. Sang lurah Desa Ngaliyan melangkah cepat. Di belakangnya seorang sesepuh membawa wayang suci yang dipanggul di punggungnya. Berjalan mengikuti langkah cepat sang lurah. Sekilas, memang nampak tak ada yang aneh. Namun jika diamati, kedua pipi sang lurah terlihat menggelembung seperti sedang mengisap permen. Bukan mengisap permen, namun kedua pipi lurah tersebut sedang menahan air dalam mulut. Ya, lurah di Desa Ngaliyan, Bejen, Temanggung punya tanggung jawab yang berbeda dibandingkan dengan lurah-lurah lainnya. Di desa ini, seorang lurah yang sedang menjabat punya amanah menjalankan tradisi unik ' Ngemut Banyu '. Tradisi menahan air dalam mulut pada ritual bersih desa. Air bendungan dari DAM Sikrekah memenuhi mulutnya. Sang lurah menyusuri jalan dari irigasi sampai ke ladang persawahan paling ujung. Diikuti dengan keempat sesepuh serta perangkat Desa Ngaliyan dan Duren. Berjalan melewa