Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Mengetahui Kisah Pertirtaan Watugede, Tempat Pemandian Raja Dan Para Putri Raja Pada Jaman Singosari

Jakarta - Petirtaan Watugede di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ditemukan oleh arkeolog Belanda pada tahun 1925. Petirtaan ini merupakan tempat pemandian raja dan para putri raja di zaman Kerajaan Singosari (1222-1292). Ken Dedes juga disebutkan pernah mandi di Petirtaan Watugede. Terletak 200 meter di sebelah timur stasiun kereta api Singosari, kawasan petirtaan ini memiliki suasana yang teduh dan indah dipandang mata. Letaknya di lereng pegunungan di mana banyak ditemukan sumber mata air membuat udara di sekitar petirtaan masih asri dan sejuk. Dahulu kala, setelah raja atau putri-putri Kerajaan Singosari selesai mandi, mereka menuju Candi Sumberawan yang berada di sebelah barat pertirtaan. Di sana, keluarga kerajaan melakukan sembahyang. Keunikan Keunikan Petirtaan Watugede ialah kaluarnya air jernih dari mulut area. Air tersebut mengalir tiada henti hingga saat ini. Petirtaan Watugede terdiri dari satu kolam yang panjangnya sekit

Mengenal Sosok Wolff Schoemaker Guru Belanda Soekarno yang Ingin Indonesia Jadi Negara Islam

Jakarta -  Selain sebagai pemimpin tertinggi negara, Presiden Soekarno turut dikenal sebagai arsitek yang pernah membuat ide rancangan beberapa bangunan salah satunya monumen nasional (Monas) di Jakarta. Keterlibatannya di lini pembangunan Indonesia rupanya tak terlepas dari rekam jejak pendidikannya yang sempat mengampu jurusan teknik sipil selama kurang lebih empat tahun, di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), Bandung, Jawa Barat. Saat berkuliah di ITB pada 1922-1926, terdapat satu sosok expert asal Belanda yang cukup berpengaruh bagi Soekarno, bernama Charles Prosper Wolff Schoemaker atau karib dikenal Wolff Schoemaker. Selain mengembangkan pemikiran Soekarno di lingkup konstruksi, Schoemaker juga menjadi sosok yang fenomenal karena ingin membentuk Indonesia sebagai negara Islam lewat kepemimpinan presiden pertama RI tersebut. Melansir berbagai sumber pada Jumat (26/11), berikut kisahnya. Dari Zeni Militer Jadi Guru Soekarno Sebagaimana dimuat di laman mooibandoeng,

Kisah Para Pejuang Laskar Sabibillah Pada Peristiwa 10 November 1945

Jakarta - Surabaya panas membara dalam peristiwa heroik 10 November 1945. Pertempuran pecah dan memakan banyak korban jiwa antara pasukan pejuang menghadapi tentara sekutu pimpinan Inggris, yang tergabung dalam NICA (Netherlands Indies Civil Management). Tentara NICA tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Aubertin Walter Southern (AWS) Mallaby, Komandan Brigade 49 Divisi India. Tugas Mallaby, mengamankan tawanan perang dan melucuti persenjataan tentara Jepang di Indonesia, serta mengembalikan Indonesia sebagai Hindia Belanda di bawah administrasi NICA. Saat itu, Jepang menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II setelah dua kotanya, Nagasaki dan Heroshima dibom atom oleh Amerika Serikat. Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang membawahi NICA mengantarkan Mallaby dan pasukannya bertugas ke Indonesia. Namun kedatangan NICA ke Surabaya dianggap terlambat, karena persenjataan tentara Jepang sebagian telah dilucuti para pejuang. Sementara Ind

Sebuah Pabrik Kerupuk di Depok Kebakaran, Tiga Orang Terluka

Depok -  Kebakaran terjadi di sebuah rumah milik Rusdi yang dijadikan usaha pabrik kerupuk di Jalan Raya Tanah Baru, Gang Mandor Eti, Beji, Depok. Tiga orang terluka bakar. Diki (17) anak korban mengatakan saat itu ayahnya sedang mengganti tabung gas. Ketika regulator dimasukkan ke lubang tabung gas tidak pas. Lalu tiba-tiba gas sudah keluar dari tabung dan di ruang sebelah ada kompor menyala. "Saya bilang bapak suruh bawa keluar tabungnya tapi keburu nyambar," katanya, Sabtu (13/11). Bapaknya pun langsung tersambar bocora gas yang sudah memenuhi ruangan. Sedangkan diki terkena luka di bagian kaki. Korban langsung dibawa ke rumah sakit. "Bapak luka 80 persen," ungkapnya. Kabid Penanggulangan Bencana pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Denny Romulo mengatakan ada tiga orang terluka dalam peristiwa tersebut. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil diselamatkan. "Api sudah dipadamkan. Korban dibawa ke rumah sakit," katanya. Untuk memadamk

Mengetahui Peristiwa Mencekam, Pemabantaian di Kampung Tulung Magelang

Jakarta - Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, kondisi Indonesia sebenarnya dilanda chaos. Memanfaatkan keadaan Jepang yang sudah tak berdaya, tentara Belanda dibantu sekutu datang ke Indonesia untuk kembali menjajah. Sementara itu tentara Jepang yang tak lagi punya harapan di negeri jajahan melakukan serangkaian serangan secara membabi-buta yang menandakan keputusasaan mereka. Inilah yang terjadi di Kampung Tulung, Kota Magelang, pada 28 Oktober 1945. Dilansir dari Jurnal berjudul "Percikan Api Revolusi di Kampung Tulung Magelang 1945"karya Syaiful Amin dan Ganda Febri Kurniawan, pada hari itu Tentara Jepang "Kido Butai" menurunkan personelnya di pertigaan jalan Payaman pada jam 08.00. Waktu itu, Tentara Kidou Butai dibagi menjadi dua kelompok untuk menyerang Kota Magelang. Keduanya menyerang Magelang dari dua arah yang berbeda. Target dalam penyerangan itu adalah markas Tentara Keamanan Rakyat yang berada di Kampung Tulung, M